Sunday, January 25, 2015

Seniman Yang Membuat Rumah Gratis Untuk Para Gelandangan

Seorang seniman dari California bernama Gregory Kloehn, membuat karya seni berupa rumah mini untuk para tunawisma.

Mungkin Beberapa seniman lain sibuk dengan mencari-cari ide untuk  membuat karya yang dia buat lalu dijual dengan harga selangit yang bisa masuk kedalam kantongnya. Gregory Kloehn berbeda, dia mencari-cari idenya dari tempat sampah.  ya dari tempat sampah, untuk mencari barang apa saja yang bisa dijadikan karya selanjutnya. 

Dia memproduksi rumah bagi para tunawisma atau gelandangan sehingga mereka memiliki tempat untuk berlindung.  rumah yang dibuat dari barang rongsokan.



Kemampuan seninya di gunakan untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi orang - orang yang membutuhkannya, dalam hal ini untuk membantu para tunawisma.




Gregory Kloehn merupakan seorang pekerja seni. dia pembuat patung dan mengaku disamping membuat patung, dia juga pernah terlibat didalam proyek pembuatan gedung mewah dan kecil, pembuatan kapal pesiar, rumah sederhana, rumah minimalis serta  rumah yang terbuat dari kontainer. lalu selanjutnya ketika dia melihat tumpukan sampah rongsokan yang akan di daur ulang , dia berkata pada dirinya "hei, aku bisa membuat rumah dari benda - benda ini ! ".




Dan langkah selanjutnya dia mulai berkeliling mencari benda - benda rongsokan yang dia butuhkan. sambil berkeliling, di perjalanan dia melihat para tunawisma yang menggelandang, dia menyadari bahwa para gelandangan ini membuat rumah gerobaknya dari benda-benda yang mereka dapatkan di jalanan. sehingga rumah - rumah gerobak ini memiliki jendela, meja kecil , lemari kecil dan sebagainya untuk kebutuhan mereka sehari-hari. segera dia mengambil kamera dan mengabadikan rumah - rumah dari para tunawisma tersebut. 

Terbayang akan kehidupan sehari para tunawisma, dan disatu sisi juga, Sudah lama Gregory Kloehn menyadari bahwa walaupun dia sering berurusan dengan kalangan sosialita kelas atas, para pemilik rumah mewah, pemilik kapal pesiar dan pemilik pesawat pribadi namun di jalanan masih ada orang - orang yang hidup menggelandang atau tidak punya rumah. dia ingin membantu orang - orang seperti ini. karena salah satu kemampuannya adalah dalam membuat rumah , maka di mulai lah proyek ini walaupun Gregory Kloehn mengakui ini bukan satu - satu nya cara untuk menyelamatkan nasib para tunawisma namun dia ingin membawa perubahan bagi mansyarakat di sekitarnya yang membutuhkan. maka di mulai lah proyek pembuatan rumah mini yang memiliki roda sehingga bisa di dorong oleh pemiliknya. dan dia membagi - bagikannya kepada para tunawisma secara gratis.






Bahan baku rumah yang dia bangun biasanya diambil dari bekas mesin cuci, jendala yang tidak terpakai, rongsokan sofa, kanopi bekas dan benda - benda lainnya yang dia temukan di tempat rongsokan sampah. lalu di bawa ke studionya dan disatukan dengan skrup, lem dan paku. dan membuatkan roda kecil untuk kakinya. setelah di satukan bahan material tersebut, maka tahap selanjutnya adalah uji kelayakan untuk menjadi tempat tinggal, daya tahan terhadap cuaca dan keamanannya. bagi Gregory Kloehn ini menjadi tantangan tersendiri karena membuat rumah ini di ambil dari bahan - bahan sisa dan rongsokan. selain itu, tantangan lainnya adalah kehabisan bahan baku. biasanya gregory mengatasinya dengan cara mendapat sumbangsih gotong royong para tunawisma yang membantu mengumpulkan benda - benda yang dapat di gunakan, juga dengan cara dia berkeliling sendiri dengan menggunakan truknya mencari bahan baku rongsokan di tempat sampah. beginilah cara dia berbelanja dan berburu bahan baku, ungkapnya. dan tentu saja tidak semua sampah bisa dia gunakan untuk menjadi bahan material pembuatan rumah nya, dia perlu memilah-milihnya.





Setelah selesai, rumah tersebut diletakan di jalan. menunggu ada tunawisma yang berminat mengambilnya.






Dan dia mengaku sudah membuat lebih dari 50 rumah. biaya pembuatan per rumah sekitar $USD 30-40 atau sekitar 300 - 400 ribu rupiah. rumah ini juga dilengkapi dengan pintu dan kunci sehingga menciptakan rasa aman bagi yang tiggal di dalamnya dan benda-benda milik penghuninya.


Pengakuan Gregory ketika di wawancara oleh MNSCB perihal peralihannya dari seorang pemahat patung menjadi seorang pembuat rumah berbahan rongsokan adalah :" saya suka fungsi dari rumah ini, karena proses kreatifitas dari cara pembuatannya, dengan mendaur ulang rongsokan sampah, dan bisa berguna bagi banyak orang. tentu hal ini lebih bermanfaat di banding hanya membuat sebuah patung untuk diletakan di sudut tertentu dan tidak terlalu bermanfaat bagi skala masyarakat besar".



Para tunawisma yang sekarang memiliki tempat tinggal menyambut gembira karya seni dari Gregory ini." Tempat ini jelas lebih nyaman dipakai untuk tidur dibanding di lantai ". begitu pengakuan dari seorang gelandangan yang berterimakasih atas pemberian rumah ini.

Dan Masalah tunawisma menjadi masalah penting bagi pemerintah Amerika yang kadang di sibukkan dengan membludaknya tempat penampungan yang di sediakan di kala musim dingin melanda. 






Berikut laporan VOA Indonesia soal pembuatan karya seni rumah mungil yang dibuat Gregory untuk para tunawisma.




Selain pembuatan untuk rumah bagi para tunawisma, gregory juga mempunyai proyek lain, berupa pembuatan rumah dengan bahan dasar tong sampah besar yang dilengkapi dengan fasilitas yang lebih mewah. seperti tersedia dapur, toilet, kulkas, mini bar, kamar mandi lengkapi dengan Shower, AC dan tempat bersantai. juga di lengkapi tenaga listrik yang berasal dari tenaga surya. keuntungan dari memiliki rumah ini menurut Gregory adalah bebas dari biaya sewa. berikut tampilan dari rumah tersebut.


Hidup di tong sampah besar
Tong sampah yang di ubah menjadi sebuah rumah kreatif







lebih lanjut Gregory mengakui bahwa sebenarnya dia bukan sedang melakukan kerja sosial, hanya ada 'seseorang' yang menggunakan keahliannya untuk bisa membantu para gelandang di sekitar nya.




Dikabarkan sekarang Gregory dan istrinya sering tinggal didalam bekas tong sampah besar yang di modifikasi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari - hari. dan menjadi rumah kedua bagi mereka.


Berikut rumah kreatif dari berbahan baku rongsokan dan sampah buatan dari Gregory yang mungkin bisa memberi inspirasi bagi kita.

























No comments:

Post a Comment