Pada tahun 1810, Sarah Baartman dari suku Hottenthot terbujuk untuk mengembara ke Inggris agar bisa menjadi seorang penyanyi. perempuan usia 20 tahun dari Afrika Selatan
itu di bawa oleh dua " pelindungnya " kesana. Tapi mereka pula yang
mencampakkan dia ke Piccadily Circus sebagai barang tontonan. Sarah
diikutsertakan sebagai makhluk aneh. Empat tahun kemudian, wanita muda
ini dijual kepada seorang pelatih binatang di Prancis.
Di
Prancis, Sarah mengalami nasib yang sama buruknya. Entah ia hanya
menjadi tontonan atau dipaksa melakukan perlakuan yang lebih hina,
wanita yang rindu pulang itu meninggal pada tahun 1815. Jenazahnya tidak
di kubur, tetapi diselamatkan oleh seorang ilmuan dalam masa Napoleon.
Tulang - belulangnya diambil. Otak dan kelaminnya diawetkan dalam
formalin. Kemudian semua itu dipamerkan dalam museum kemanusiaan di
Paris dengan label manusia setengah jadi alias manusia setengah
binatang.
Padas Tahun 1998 seorang penyair dari Cape Town, South Africa, Diana Ferrus,
yang sedang melakukan studi di Universitas Utrecht, Belanda, tentang
masalah wanita, terusik oleh fakta itu. Diana, yang baru di tinggal
selamanya oleh ibunya, amat rindu rumah pada saat itu. "Kalau aku saja
begitu rindu kepada rumah, bagaimana dengan sarah ? Pastilah ia lebih
kangen lagi kepada tanah airnya," ujar Diana.
Sisa
- sisa tubuh sarah selama bertahun - tahun dijadikan benda pajangan
bagi para turis dan tidak boleh dibawa kembali ke tanah air. Undang -
undang Prancis menetapkan, semua benda didalam museum Prancis adalah
milik negara Prancis, tak peduli dari mana pun asalnya.
Terenyuh
oleh bayang - bayang kerinduan itu, pada 1998 Diana menulis puisi dalam
bahasa Afrika. Puisi itu kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
menjadi Tribute to sarah Bartmann. dalam sajak itu Diana berjanji untuk
menjemput dan membawa Sarah pulang.
Ia
menyediakan tempat tidur, rumah, bahkan gemericik air, gunung, serta
bunga - bunga yang sudah berkembang untuk kedatangan Venus dari
Hottenthot itu :
I have come to wrench you away
Away from the pocking eye of the man-made monster
Who lives in the dark with his racist clutches of imperialism
Who dissect your body bit by bit
And declare himself the ultimate God !
Aku datang untuk merenggut Anda pergi
Jauh dari mata manusia yang membuat monster
yang tinggal dalam gelap dengan cengkeraman imperialisme rasisnya
yang membedah tubuh Anda sedikit demi sedikit
Dan menyatakan dirinya Tuhan tertinggi !
Rekan Diana, seorang pematung, tergerak oleh sajak itu lalu mencoba menduga wajah Sarrah dengan membuat patungnya.
Atas
izin Diana Ferrus, foto patung disertai sajak Diana diatas ditayangkan
di dalam website. Melalui Internet, sajak itu sampai kehadapan senator
Prancis Nicholas Abaut pada tahun 2001.
Sekretarisnya
menghubungi Diana, meminta izin apakah sajak itu bisa diterjemahkan ke
dalam bahasa Prancis. Diana tak keberatan. Dengan diperkuat oleh sajak
itu, Senator Nicholas Abaut maju kedalam perdebatan Senat Prancis. Dia
memperjuangkan agar Sarah dikembalikan ke negerinya.
"Pada
saat debat itu berlangsung, 29 Januari 2002, kami semua berdoa,
menunggu dengan deg - degan. Ketika perdebatan berakhir berakhir dengan
kemenangan, kami bersorak gembira," tutur Diana. sajak itu dimasukan
kedalam undang - undang yang dikeluarkan oleh Prancis. "Kontan, aku
menjadi wanita yang terkenal di Afrika Selatan, " kata Diana sambil
tertawa,ia memang seorang wanita yang ceria, banyak humor dan energetik.
Demikianlah,
sisa tubuh Sarah diboyong kembali ke Afrika Selatan. Dia dikebumikan di
atas Bukit Gamtoos di bagian Timur Cape Town pada 9 Agustus 2002.
Nisannya di hiasi dengan batu-batu kecil sebagaimana tradisi setempat,
karena di situ nisan tidak dihiasi dengan tanaman bunga. "Sekarang Sarah
telah tenang kembali dan aku puas," kata Diana. Penyair wanita ini
mengaku sedang berusaha mencari dana agar setiap wanita yang ingin
berziarah ke makam Sarah Bartmann dapat melaksanakan hajatnya dengan
gratis, "Lokasi makam itu jauh di gunung, tak semua wanita akan mampu
mencapainya. Padahal sarah sudah menjadi semacam legenda pembebasan buat
kami semua," Diana melanjutkan.
Sarah yang dijuluki Venus Hottenthot itu kemudian menjadi legenda. Dan Diana Ferrus
adalah legenda yang hidup. ia berhasil membuktikan bahwa sajak dapat
menjadi kekuatan sosial yang luar biasa dan berhasil mengubah
undang-undang di sebuah negara seperti Prancis.
No comments:
Post a Comment