Tuesday, January 20, 2015

Akan Kubawa Kau Pulang, Sarah

Pada tahun 1810, Sarah Baartman dari suku Hottenthot terbujuk untuk mengembara ke Inggris agar bisa menjadi seorang penyanyi.  perempuan usia 20 tahun dari Afrika Selatan itu di bawa oleh dua " pelindungnya " kesana. Tapi mereka pula yang mencampakkan dia ke Piccadily Circus sebagai barang tontonan. Sarah diikutsertakan sebagai makhluk aneh.  Empat tahun kemudian, wanita muda ini dijual kepada seorang pelatih binatang di Prancis.




Di Prancis, Sarah mengalami nasib yang sama buruknya. Entah ia hanya menjadi tontonan atau dipaksa melakukan perlakuan yang lebih hina, wanita yang rindu pulang itu meninggal pada tahun 1815. Jenazahnya tidak di kubur, tetapi diselamatkan oleh seorang ilmuan dalam masa Napoleon. Tulang - belulangnya diambil. Otak dan kelaminnya diawetkan dalam formalin.  Kemudian semua itu dipamerkan dalam museum kemanusiaan di Paris dengan label manusia setengah jadi alias manusia setengah binatang.





Padas Tahun 1998 seorang penyair dari Cape Town, South Africa, Diana Ferrus, yang sedang melakukan studi di Universitas Utrecht, Belanda, tentang masalah wanita, terusik oleh fakta itu. Diana, yang baru di tinggal selamanya oleh ibunya, amat rindu rumah pada saat itu. "Kalau aku saja begitu rindu kepada rumah, bagaimana dengan sarah ? Pastilah ia lebih kangen lagi kepada tanah airnya," ujar Diana.



Sisa - sisa tubuh sarah selama bertahun - tahun dijadikan benda pajangan bagi para turis dan tidak boleh dibawa kembali ke tanah air. Undang - undang Prancis menetapkan, semua benda didalam museum Prancis adalah milik negara Prancis, tak peduli dari mana pun asalnya.



Terenyuh oleh bayang - bayang kerinduan itu, pada 1998 Diana menulis puisi dalam bahasa Afrika. Puisi itu kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi Tribute to sarah Bartmann. dalam sajak itu Diana berjanji untuk menjemput dan membawa Sarah pulang.



Ia menyediakan tempat tidur, rumah, bahkan gemericik air, gunung, serta bunga - bunga yang sudah berkembang untuk kedatangan Venus dari Hottenthot itu :



I have come to wrench you away
Away from the pocking eye of the man-made monster
Who lives in the dark with his racist clutches of imperialism
Who dissect your body bit by bit
And declare himself the ultimate God !


Aku datang untuk merenggut Anda pergi

Jauh dari mata manusia yang membuat monster

yang tinggal dalam gelap dengan cengkeraman imperialisme rasisnya

yang membedah tubuh Anda sedikit demi sedikit

Dan menyatakan dirinya Tuhan tertinggi !




Rekan Diana, seorang pematung, tergerak oleh sajak itu lalu mencoba menduga wajah Sarrah dengan membuat patungnya.



Atas izin Diana Ferrus, foto patung disertai sajak Diana diatas ditayangkan di dalam website. Melalui Internet, sajak itu sampai kehadapan senator Prancis Nicholas Abaut pada tahun 2001.



Sekretarisnya menghubungi Diana, meminta izin apakah sajak itu bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis. Diana tak keberatan. Dengan diperkuat oleh sajak itu, Senator Nicholas Abaut maju kedalam perdebatan Senat Prancis. Dia memperjuangkan agar Sarah dikembalikan ke negerinya.




"Pada saat debat itu berlangsung, 29 Januari 2002, kami semua berdoa, menunggu dengan deg - degan. Ketika perdebatan berakhir berakhir dengan kemenangan, kami bersorak gembira," tutur Diana. sajak  itu dimasukan kedalam undang - undang yang dikeluarkan oleh Prancis. "Kontan, aku menjadi wanita yang terkenal di Afrika Selatan, " kata Diana sambil tertawa,ia memang seorang wanita yang ceria, banyak humor dan energetik.




Demikianlah, sisa tubuh Sarah diboyong kembali ke Afrika Selatan. Dia dikebumikan di atas Bukit Gamtoos di bagian Timur Cape Town pada 9 Agustus 2002. Nisannya di hiasi dengan batu-batu kecil sebagaimana tradisi setempat, karena di situ nisan tidak dihiasi dengan tanaman bunga. "Sekarang Sarah telah tenang kembali dan aku puas," kata Diana. Penyair wanita ini mengaku sedang berusaha mencari dana agar setiap wanita yang ingin berziarah ke makam Sarah Bartmann dapat melaksanakan hajatnya dengan gratis, "Lokasi makam itu jauh di gunung, tak semua wanita akan mampu mencapainya. Padahal sarah sudah menjadi semacam legenda pembebasan buat kami semua," Diana melanjutkan.




Sarah yang dijuluki Venus Hottenthot itu kemudian menjadi legenda. Dan Diana Ferrus adalah legenda yang hidup. ia berhasil membuktikan bahwa sajak dapat menjadi kekuatan sosial yang luar biasa dan berhasil mengubah undang-undang di sebuah negara seperti Prancis.


Source : Artikel Putu Wijaya di Majalah Tempo dan Note Akan Kubawa Kau Pulang, Sarah

No comments:

Post a Comment